1. demi malam apabila menutupi
(cahaya siang), 2. dan siang apabila terang benderang, 3. dan
penciptaan laki-laki dan perempuan,4. Sesungguhnya usaha kamu memang
berbeda-beda. 5. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah)
dan bertakwa, 6. dan membenarkan adanya pahala yang terbaik
(syurga), 7. Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang
mudah. 8. dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya
cukup* 9. serta mendustakan pahala terbaik, 10. Maka kelak Kami akan
menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. 11. dan hartanya tidak bermanfaat
baginya apabila ia telah binasa. 12. Sesungguhnya kewajiban kamilah
memberi petunjuk, 13. dan Sesungguhnya kepunyaan kamilah akhirat dan
dunia. 14. Maka, Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. 15.
tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, 16.
yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). 17. dan kelak akan
dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, 18. yang menafkahkan
hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, 19. Padahal tidak ada
seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, 20.
tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang
Maha tinggi. 21. dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan.” (al-Lail:
1-21)
* Yang dimaksud dengan
merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan lagi pertolongan Allah dan tidak
bertakwa kepada-Nya.
Dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa seorang pemilik pohon kurma mempunyai pohon yang mayangnya menjulur ke
rumah tetanganya, seorang fakir yang banyak anak. Setiap kali pemilik kurma itu
memetik buahnya, ia memetiknya dari rumah tetangganya itu. Apabila ada kurma
yang jatuh dan dipungut oleh anak-anak orang fakir itu, ia segera turun dan
merampasnya dari tangan anak-anak itu, bahkan yang sudah masuk mulut mereka pun
dipaksanya keluar.
Orang fakir itu mengadukan
halnya kepada Nabi saw. Beliau berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian
Rasulullah saw bertemu dengan pemilik kurma itu dan bersabda: “Berikan kepadaku
pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah si anu. Sebagai gantinya kamu akan
mendapat pohon kurma di surge.” Si pemilik pohon kurma berkata: “Hanya sekian
tawaran tuan? Aku mempunyai banyak pohon kurma, dan pohon kurma yang diminta
itu yang paling baik buahnya.” Lalu si pemilik pohon kurma itu pun pergi.
Pembicaraan si pemilik pohon
kurma dengan Nabi saw itu terdengan oleh seorang dermawan, yang langsung
menghadap Rasulullah saw dan berkata: “Seandainya pohon itu menjadi milikku,
apakah tawaran tuan itu berlaku juga bagiku?” Rasulullah saw menjawab : “Ya.”
Maka pergilah orang itu menemui pemilik pohon kurma. Si pemilik pohon kurma
berkata: “Apakah engkau tau bahwa Muhammad saw menjanjikan pohon kurma di surge
sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetanggaku ? Aku
telah mencatat tawaran beliau. Akan tetapi buah pohon kurma itu sangat
mengagumkan. Aku banyak mempunyai pohon kurma, tetapi tidak ada satu pohon pun
yang selebat itu.” Orang dermawan itu berkata: “Apakah engkau mau menjualnya?”
Ia menjawab : “Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memenuhi
keinginanku, akan tetapi pasti tidak aka nada yang sanggup.” Orang dermawan itu
berkata lagi: “Berapa yang engkau inginkan?” Ia berkata : “Aku ingin empat
puluh pohon kurma.” Orang dermawan itu terdiam, kemudian berkata lagi : “Engkau
minta yang bukan-bukan. Tapi baiklah aku berikan empat puluh pohon kurma
padamu, dan aku minta saksi jika engkau benar-benar mau menukarnya.” Iapun
memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu.
Orang dermawan itu menghadap
Rasulullah saw dan berkata: “Ya Rasulullah, pohon kurma itu telah menjadi
milikku. Aku akan menyerahkannya kepada tuan.” Maka berangkatlah Rasulullah saw
menemui pemilik rumah yang fakir itu dan bersabda: “Ambillah pohon kurma itu
untukmu dan keluargamu.” Maka turunlah ayat ini (al-Lail ayat 1- akhir ayat)
yang membedakan kedudukan dan kesudahan orang bakhil dengan orang dermawan.
(Diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Hatim dll, dari al-Hakam bin Abban, dari ‘Ikrimah, yang bersumber dari
‘Ibnu ‘Abbas. Menurut Ibnu Katsir, hadits ini gharib.)
Sumber: https://alquranmulia.wordpress.com/2013/01/05/asbabun-nuzul-surah-al-lail/
0 komentar:
Post a Comment